Kejadian ini ketika salah seorang pengunjung
Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang bernama Resti, merasa terusik dengan
ulah para crew sinetron Anak Jalanan yang membuat kehebohan di dalam masjid. Resti
menceritakan melalui akun media sosialnya. Dia bercerita tentang kejadian yang
agak menjengkelkan ini bermula ketika dirinya mengajak Ibunya untuk berkunjung ke Taman Mini
Indonesia Indah (TMII).
Ketika Resti dan ibunya pun sampai di TMII saat
waktu sholat ashar, sekitar pukul 15.00 WIB. Ia pun bergegas menuju masjid yang
berada di sekitarnya untuk menunaikan kewajibannya sebelum berkeliling TMII. Sesampainya
di depan masjid, ia pun dikagetkan oleh keramaian orang, yang ternyata dipicu
oleh adanya syuting sinetron Anak Jalanan di lokasi tersebut.
Dalam cerita yang dibagikan melalui akun Facebooknya, Resti mengaku tak menggubris dan tetap menjalankan ibadahnya. Tiba-tiba keributan semakin dekat menuju dalam masjid. Resti sempat menduga, mungkin mereka sedang jeda untuk melaksanakan sholat. Ternyata pemeran yang kerap dipanggil Boy itu menumpang make-up saja di dalam masjid.
“Keramaian dan keributan makin menjadi, ketika si boy nya masuk. Ribut banget sumpah gangguin orang lagi sholat aja,” tulis Resti dalam ceritanya.
Karena semakin ribut, Resti pun memprotes salah
satu crew syuting yang ada di tempat tersebut. “Mas ini kok make-up nya di
dalam masjid. Kan masih banyak yang lagi sholat,” tanyanya kepada salah satu
crew di lokasi tersebut.
Mendengar pertanyaan tersebut, crew syuting menjawab dengan nanda tinggi, dan mengatakan bahwa mereka memang sedang hendak melakukan adegan sholat. Namun, tindakan crew ini dinilai mengganggu orang lain yang sedang sholat di masjid tersebut.
“Kalau pun mau adegan sholat, kenapa make-up nya enggak di luar aja? Ganggu lho beneran,” pungkas Resti dalam postingannya tersebut.
Remaja cenderung mencari “tokoh” panutan bagi dirinya terlebih jika ia tidak mendapatkannya dari kedua orang tuanya. Coba bayangkan jika tokoh panutannya tersebut adalah tokoh dalam sinetron seperti ini. Secara tidak sadar mereka mengikuti dan menjadikan tokoh fiktif dalam sinetron tersebut panutan.
Disini KPI yang seharusnya bersikap tegas. Teguran tertulis saja sepertinya tidak cukup, saya kira sinetron seperti ini lebih baik dihentikan karena banyak memberikan dampak negatif daripada dampak positif.
Sumber:merdekasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar